Kamis, 22 Juli 2010

UAS TEKHNIK INFORMASI (TRANSTOOL)






Kelompok 2
Kelas II/B BIOLOGI
Nama Anggota : 1. Fatimah Nurwijati (036109109)
2. Fitria Herliani (036109051)
3. Nurul Hasanah (036109056)
4. Renita (036109039)


Materi :

PENDIDIKAN DI INDONESIA

Pendidikan dalam bahasa Yunani berasal dari kata padegogik yaitu ilmu menuntun anak. Orang Romawi melihat pendidikan sebagai educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai Erziehung yang setara dengan educare, yakni : membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan atau potensi anak. Dalam bahasa Jawa, pendidikan berarti panggulawentah (pengolahan - Red), mengolah, mengubah kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran, kemauan dan watak, mengubah kepribadian sang anak.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik), yaitu : memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian : proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.

Dari pengertian-pengertian dan analisis yang ada maka bisa disimpulkan bahwa pendidikan adalah upaya menuntun anak sejak lahir untuk mencapai kedewasaan jasmani dan rohani, dalam interaksi alam beserta lingkungannya.

Dalam pendidikan terdapat dua hal penting yaitu aspek kognitif (berpikir) dan aspek afektif (merasa). Sebagai ilustrasi, saat kita mempelajari sesuatu maka di dalamnya tidak saja proses berpikir yang ambil bagian tapi juga ada unsur-unsur yang berkaitan dengan perasaan seperti semangat, suka dan lain-lain. Substansi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah membebaskan manusia dan menurut Drikarya adalah memanusiakan manusia. Ini menunjukan bahwa para pakar pun menilai bahwa pendidikan tidak hanya sekedar memperhatikan aspek kognitif saja tapi cakupannya harus lebih luas.

Bagaimana dengan pendidikan di Indonesia?
Apakah pendidikan di Indonesia memperhatikan permasalahan detail seperti ini? Inilah salah satu kesalahan terbesar metode pendidikan yang dikembangkan di Indonesia. Pendidikan kita sangat tidak memperhatikan aspek afektif (merasa), sehingga kita hanya tercetak sebagai generasi-generasi yang pintar tapi tidak memiliki karakter-karakter yang dibutuhkan oleh bangsa ini. Sudah 45 tahun Indonesia merdeka, dan setiap tahunnya keluar ribuan hingga jutaan kaum intelektual. Tapi tak kuasa mengubah nasib bangsa ini. Maka pasti ada yang salah dengan sistem pendidikan yang kita kembangkan hingga saat ini.

Kesalahan kedua, sistem pendidikan yang top-down atau dari atas kebawah. Freire menyebutnya dengan banking-system. Dalam artian peserta didik dianggap sebagai safe-deposit-box dimana guru mentransfer bahan ajar kepada peserta didik. Dan sewaktu-waktu jika itu diperlukan maka akan diambil dan dipergunakan. Jadi peserta didik hanya menampung apa yang disampaikan guru tanpa mencoba untuk berpikir lebih jauh tentang apa yang diterimanya, atau minimal terjadi proses seleksi kritis tentang bahan ajar yang ia terima. Dalam istilah bahasa arab pendidikan seperti ini dikatakan sebagai taqlid. Artinya menerima atau mengikuti apa saja yang dikatakan oleh para pendidik. Dan ini tidak sejalan dengan substansi pendidikan yang membebaskan manusia (Ki Hajar Dewantara).

Kesalahan ketiga, Saat ini terjadi penyempitan makna dari pendidikan itu sendiri ketika istilah-istilah industri mulai meracuni istilah istilah pendidikan. Di tandai dengan bergantinya manusia menjadi Sumber Daya Manusia (SDM).




HASIL TRANSLATE

EDUCATION IN INDONESIA

Education in Greek comes from the word padegogik the science guiding children. The Romans saw education as educare, which is issued and guide, actions taken to realize the potential of children who are born of time in the world. German nation saw education as the equivalent Erziehung educare, ie: aroused or activate the hidden power of the power or potential child. In the Java language, education means panggulawentah (processing - Red), process, change the psyche, finalizing the feelings, thoughts, will and character, changing the personality of the child.

The Great Dictionary of Indonesian Language (KBBI) derived from the word education students (educational), namely: to maintain and provide training (courses, leadership) about the morality and intelligence of the mind. While education had understanding: process of changing attitudes and ethical behavior in individuals or groups of human mature businesses through the efforts of the teaching and practice, the process works, how to educate. Ki Hajar Dewantara defines education as an effort to advance the character, mind and body of children, in order to promote the perfection of life is life and turn the child that is in harmony with nature and society.

Of notions and analysis of existing then it could be concluded that education is an effort led anak from birth to reach adulthood physically and spiritually, in the interaction of nature and its surroundings.

In education there are two important things are aspects of cognitive (thinking) and affective (feeling). As an illustration, when we learn something in it then not only the thought processes that take part, but also there are elements associated with feelings such as passion, love and others. The substance according to Ki Hajar Dewantara education is to liberate human beings and according Drikarya is to humanize humans. This indicates that the experts also thinks that education is not just pay attention to the cognitive aspects alone but should be broader in scope.

What about education in Indonesia? Do pay attention to the problems of education in Indonesia detail like this? This is one of the biggest mistakes that educational method developed in our Education Indonesia. is no consideration for affective (feeling), so we only printed as the generations that smart but do not have the characters needed by this nation. Indonesia has 45 years of independence, and every year out of thousands to millions of intellectuals. But no power to change the fate of this nation. So there must be something wrong with our educational system developed to date.

The second mistake, an education system that top-down or from the top down. Freire called the banking-system. In terms of learners are considered as safe-deposit box where the teacher transfer of teaching materials to students. And any time if it is needed it will be retrieved and used. So just to accommodate the students what the teacher without trying to think more about what it gets, or at least place the critical selection process of teaching materials that he received. In terms of education, such as Arabic is said to be taqlid. It means to accept or follow what is said by the educators. And this is inconsistent with the substance of education that frees the human (Ki Hajar Dewantara).

The third error, this occurs when narrowing the meaning of education itself when the terms started to poison the industry term educational terms. In mark the turn humans into Human Resources (HR)


OPINI


OPINI DARI FATIMAH NURWIJATI :

Guru, elemen yang terlupakan
Pendidikan Indonesia selalu gembar-gembor tentang kurikulum baru...yang katanya lebih oke lah, lebih tepat sasaran, lebih kebarat-baratan...atau apapun. Yang jelas, menteri pendidikan berusaha eksis dengan mengujicobakan formula pendidikan baru dengan mengubah kurikulum.

Di balik perubahan kurikulum yang terus-menerus, yang kadang kita gak ngeh apa maksudnya, ada elemen yang benar-benar terlupakan...Yaitu guru! Ya, guru di Indonesia hanya 60% yang layak mengajar...sisanya, masih perlu pembenahan. Kenapa hal itu terjadi? Tak lain tak bukan karena kurang pelatihan skill, kurangnya pembinaan terhadap kurikulum baru, dan kurangnya gaji. Masih banyak guru honorer yang kembang kempis ngurusin asap dapur rumahnya agar terus menyala.

Guru, digugu dan ditiru....Masihkah? atau hanya slogan klise yang sudah kuno. Murid saja sedikit yang menghargai gurunya...sedemikian juga pemerintah. banyak yang memandang rendah terhadap guru, sehingga orang pun tidak termotivasi menjadi guru. Padahal, tanpa sosok Oemar Bakri ini, tak bakal ada yang namanya Habibi.


OPINI DARI FITRIA HERLIANI :

PENDIDIKAN INDONESIA SEKARANG LEBIH BAIK

Menurut Saya Sistem pendidikan Indonesia saat ini bisa dibilang lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya. Sistem pendidikan Indonesia saat ini lebih menekankan pada sikap para siswa agar lebih aktif lagi dalam menempuh pendidikan. Meskipun demikian, banyak kekurangan-kekurangan dalam sistem pendidikan negara kita ini. Sarana dan prasarana yang kurang menunjang, terutama di daerah pedesaan yang terpencil membuat para siswa menjadi kesulitan dalam menempuh pendidikannya. Belum lagi dengan tingkat kesejahteraan tenaga pengajar yang masih rendah. Masyarakat harusnya ikut membantu pemerintah dalam mensukseskan program-program pendidikan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Selain ituBiaya pendidikan yang semakin mahal jelas sangat dirasakan oleh masyarakat, terutama masyarakat kelas menengah ke bawah. Hal ini tentu menyebabkan siswa terancam putus sekolah yang dikarenakan orang tuanya tidak sanggup untuk membayar biaya sekolah yang semakin mahal tersebut.


OPINI DARI NURUL HASANAH :

NILAI ADALAH SEGALANYA

System pendidikan nasional kita sekarang ini masih mengedepankan pada pencapaian berbasis nilai bukan pada keterampilan dan competency. Sehingga tidak heran mengapa banyak sarjana yang nganggur, peserta olimpiade fisika yang
tidak lulus Ujian Nasional dan banyak lagi hal-hal yang menggelikan dari sistem
pendidikan ini.
Saat ini Indonesia sebagai salah satu negeri kaum muslimin terbesar telah didera oleh berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan tersebut terjadi karena kekeliruan dalam menyelenggarakan sistem pendidikan nasionalnya. Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.Berdasarkan definisi ini maka terdapat beberapa kecakapan hidup yang diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik setelah menempuh suatu proses pendidikan.
Buruknya sistem pendidikan Indonesia semakin nyata. Paradigma pendidikan yang sekular, biaya pendidikan yang mahal, pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan yang tidak merata, standar kelulusan yang tidak merepsentasikan tingkat kemampuan peserta didik dalam menuntut ilmu. Ini semua terjadi karena diterapkannya sistem Kapitalisme yang menjadikan sekularisme sebagai asasnya.


OPINI DARI RENITA :

KEBOBROKAN SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA

Buruknya sistem pendidikan Indonesia semakin nyata. Paradigma pendidikan yang sekular, biaya pendidikan yang mahal, pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan yang tidak merata, standar kelulusan yang tidak merepsentasikan tingkat kemampuan peserta didik dalam menuntut ilmu. Ini semua terjadi karena diterapkannya sistem Kapitalisme yang menjadikan sekularisme sebagai asasnya.

Dalam pandangan Islam, pendidikan adalah salah satu bentuk pelayanan pemerintah kepada rakyatnya yang wajib dipenuhi. Penyelenggaraan pendidikan untuk rakyat menjadi tanggung jawab pemerintah. Dengan kata lain, pendidikan adalah hak rakyat yang harus dipenuhi oleh pemerintah. Rasulullah saw bersabda, “Seorang imam (khalifah) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyat; ia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya.”(HR al-Bukhari dan Muslim). Seorang penguasa dalam Islam berkewajiban memenuhi sarana-sarana pendidikan, sistemnya dan orang-orang yang digaji untuk mendidik. Sehingga akan tercipta pendidikan yang berkualitas dan gratis.

Agar lulusan pendidikan menghasilkan sumber daya manusia yang sesuai harapan, maka dibuat pendidikan terpadu. Sistem pendidikan harus memperhatikan seluruh unsur pembentuk sistem pendidikan yang unggul. Ada tiga faktor: pertama sinergi antara sekolah, masyarakat, dan keluarga; kedua kurikulum yang terstruktur dan terprogram mulai dari tingkat TK hingga Perguruan Tinggi; ketiga berorientasi pada pembentukan tsaqafah Islam, berkepribadian Islam dan penguasaan ilmu pengetahuan.

Terkait dengan kondisi pendidikan di Indonesia saat ini, dapat dinyatakan bahwa:
1. Sistem pendidikan yang ada harus diganti dengan sistem pendidikan berlandaskan Islam.
2. Pemerintah harus bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Pemerintah harus mengkaji ulang terhadap standar kelulusan yang diterapkan. Standar kelulusan ini harus adil dan mencakup kompetensi dalam Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap dari peserta didik.
4. Pemerintah harus mencari langkah yang tepat dan adil bagi siswa yang tidak lulus UAN tahun 2006, karena semua ini terjadi akibat kesalahan sistem pendidikan Indonesia.
5. Komponen-komponen masyarakat seluruhnya harus mengawasi jalannya proses perbaikan ini.

1 komentar: